Dalam
waktu kurang dari 10 menit, saya
mengalami sebuah pengalaman yang belum
pernah terbayangkan sebelumnya. Pernah
menjadi suatu keinginan, tapi untuk
mengalaminya benar-benar tidak
terkhayalkan. Hari ini, keinginan yang
hanya satu dua kali pernah terlintas
dalam pikiran saya itu ternyata
teralami juga. Terbang dengan ringan di
atas Jakarta, melintasi lampu-lampu
gedung di malam hari.
Dengan terus berdzikir, saya menutup mata, lalu saya mendengar suara orang yang membimbing saya di belakang. "Minta kepada Allah, untuk bisa meloncat keluar." Lalu ia melafazkan beberapa kalimat dzikrullah (semacam Password) untuk saya ikuti. Kemudian dalam keadaan sadar sepenuhnya, saya merasa sudah melewati meja ruang tamu.
SAYA MENJADI DUA
Dengan terus berdzikir, saya menutup mata, lalu saya mendengar suara orang yang membimbing saya di belakang. "Minta kepada Allah, untuk bisa meloncat keluar." Lalu ia melafazkan beberapa kalimat dzikrullah (semacam Password) untuk saya ikuti. Kemudian dalam keadaan sadar sepenuhnya, saya merasa sudah melewati meja ruang tamu.
SAYA MENJADI DUA
"Apakah
sekarang telah melihat diri sedang
duduk?" saya ditanya. Bersamaan dengan
pertanyaan pembimbing saya ini, saya
memang telah melihat diri saya dengan
kemeja putih tampak sedang konsentrasi
duduk kira-kira dua meter di depan
sana. Sedangkan diri saya yang sedang
melihat ini berada hampir ke luar pintu
rumah. Aneh rasanya. Setelah saya
menjawab ya, ia melanjutkan, "Berarti
sekarang dirimu ada dua, bukan?"
Kemudian saya diinstruksikan untuk terus berjalan ke luar rumah. Saya agak bingung untuk melangkahkan "diri" saya ini. Menyadari bahwa tubuh sedang duduk, tapi di waktu yang sama sayapun merasakan bahwa saya sedang berada di luar tubuh yang sedang duduk itu. Ini belum pernah saya alami seumur hidup. Belum pernah ada referensi dalam kepala saya, apa yang harus dilakukan. Jadi dengan upaya yang agak asal-asalan saya mencoba menggerakkan spirit saya ini saja.
Terdengar lagi suara Bapak yang sabar itu, "Kok, jalannya begitu? Sekarang kan sudah ada di depan pagar, jangan bingung." Kemudian ia berkata, "Ucapkan Ya Allah, Ya Adziim, Ya Rahiim, Ya Adiil, lalu minta pada Allah untuk bisa melewati pagar. Sekarang sudah ada di jalan? Mau kemana?" ia bertanya. "Mungkin ke Menteng Raya," jawab saya dengan agak kurang yakin tapi hati saya bergejolak.
Kemudian saya diinstruksikan untuk terus berjalan ke luar rumah. Saya agak bingung untuk melangkahkan "diri" saya ini. Menyadari bahwa tubuh sedang duduk, tapi di waktu yang sama sayapun merasakan bahwa saya sedang berada di luar tubuh yang sedang duduk itu. Ini belum pernah saya alami seumur hidup. Belum pernah ada referensi dalam kepala saya, apa yang harus dilakukan. Jadi dengan upaya yang agak asal-asalan saya mencoba menggerakkan spirit saya ini saja.
Terdengar lagi suara Bapak yang sabar itu, "Kok, jalannya begitu? Sekarang kan sudah ada di depan pagar, jangan bingung." Kemudian ia berkata, "Ucapkan Ya Allah, Ya Adziim, Ya Rahiim, Ya Adiil, lalu minta pada Allah untuk bisa melewati pagar. Sekarang sudah ada di jalan? Mau kemana?" ia bertanya. "Mungkin ke Menteng Raya," jawab saya dengan agak kurang yakin tapi hati saya bergejolak.
TERBANG RINGAN MELINTASI LAMPU-LAMPU GEDUNG
"Sudah
di Menteng Raya? Sekarang coba pergi
ke Monas, langsung," ucapnya. Pikiran
sayapun dalam beberapa saat agak
bingung. Tapi ini tidak lama. Saya
meniatkan hati untuk ke Monas, lalu
tanpa banyak waktu lagi, dalam hitungan
detik saya merasa diri terbang melesat
tanpa melakukan usaha apa-apa. Monas
tampak di hadapan saya, makin dekat
dengan cepatnya.
Kemudian pembimbing saya ini bertanya, "Apa yang kamu lihat di sana, banyak orang?" Saya belum bisa menjawab. "Tenang, jangan berpikir... menunggu saja nanti akan muncul sendiri," ucapnya. Saat mendengar petunjuknya itu, saya telah melihat banyak sosok di atas tangga Monumen Nasional yang diterangi banyak lampu itu. Sosok-sosok. Tapi tampaknya.. bukan manusia.
Mereka bergerak berseliweran. Ada satu yang tampak menatap ke arah diri saya. Putih, tinggi, seperti berjubah dari kepalanya sampai ke bawah. Kemudian dalam beberapa detik lapisan tangga di hadapan saya ini kosong lagi, figur-figur itu hilang. Sekejap, mereka muncul lagi. Jarak antara tempat saya melihat dengan mereka sekitar 50 meter.
Saya berusaha menatap sosok putih tinggi itu, ingin lebih jelas melihat wajahnya. Tapi tiba-tiba terdengar suara pembimbing saya, "Aduh, emosinya... jangan menggunakan emosi, cepat kembali lagi, kembali..." terdengar instruksi pada saya. Memang saya merasa harus kembali, tapi pada saat yang sama juga merasa masih ingin berada di sana. Tapi saya menurutinya. Secepatnya saya kembali lagi berada di ruang tamu tempat saya duduk di sudut.
Kemudian pembimbing saya ini bertanya, "Apa yang kamu lihat di sana, banyak orang?" Saya belum bisa menjawab. "Tenang, jangan berpikir... menunggu saja nanti akan muncul sendiri," ucapnya. Saat mendengar petunjuknya itu, saya telah melihat banyak sosok di atas tangga Monumen Nasional yang diterangi banyak lampu itu. Sosok-sosok. Tapi tampaknya.. bukan manusia.
Mereka bergerak berseliweran. Ada satu yang tampak menatap ke arah diri saya. Putih, tinggi, seperti berjubah dari kepalanya sampai ke bawah. Kemudian dalam beberapa detik lapisan tangga di hadapan saya ini kosong lagi, figur-figur itu hilang. Sekejap, mereka muncul lagi. Jarak antara tempat saya melihat dengan mereka sekitar 50 meter.
Saya berusaha menatap sosok putih tinggi itu, ingin lebih jelas melihat wajahnya. Tapi tiba-tiba terdengar suara pembimbing saya, "Aduh, emosinya... jangan menggunakan emosi, cepat kembali lagi, kembali..." terdengar instruksi pada saya. Memang saya merasa harus kembali, tapi pada saat yang sama juga merasa masih ingin berada di sana. Tapi saya menurutinya. Secepatnya saya kembali lagi berada di ruang tamu tempat saya duduk di sudut.
NYAWA BELUM TERKUMPUL SEMUA
Sulit
untuk mendeskripsikan perasaan yang
memenuhi diri saya. Rasanya seperti
setengah berputar, tapi tidak pusing.
Pernah dengar ungkapan yang ditujukan
bagi orang yang bangun tidur mendadak:
"nyawanya masih belum terkumpul semua"?
Mungkin jika hal itu bisa terjadi
benar-benar, ya rasanya seperti yang
saya alami ini.
"Mohon agar diberi cahaya putih kemudian sebar ke seluruh tubuh," terdengar lagi perintah pada saya. Setelah sadar sepenuhnya dan membuka mata, semua yang tadi saya lihatpun saya sampaikan ke bapak yang memandu perjalanan singkat saya tadi. "Tadi itu namanya perjalanan gaib keluar dari tubuh," ujarnya.
Ternyata menurutnya, saya tadi terlalu excited, sehingga tanpa terasa jiwa saya turun cepat ke bawah. Dan ini bukan hal yang menguntungkan, terutama untuk pemula. "Paling tidak, karena sebagian rasa juga ikut, akibatnya setelah kembali, bisa ada bagian tubuh yang terasa sakit karena terbentur saat jatuh ke tanah," jelas bapak berusia 48 tahun ini.
Pembimbing saya ini adalah HM. Bambang Irawan S., seorang ahli dunia spiritual. Menurutnya, yang saya alami itu berbeda dengan "terawangan" atau melihat kejadian di tempat lain tanpa keluar dari tubuh. Dalam perjalanan gaib ini, sebagian dari jiwa, pikiran, dan emosi keluar dari badan kita.
"Mohon agar diberi cahaya putih kemudian sebar ke seluruh tubuh," terdengar lagi perintah pada saya. Setelah sadar sepenuhnya dan membuka mata, semua yang tadi saya lihatpun saya sampaikan ke bapak yang memandu perjalanan singkat saya tadi. "Tadi itu namanya perjalanan gaib keluar dari tubuh," ujarnya.
Ternyata menurutnya, saya tadi terlalu excited, sehingga tanpa terasa jiwa saya turun cepat ke bawah. Dan ini bukan hal yang menguntungkan, terutama untuk pemula. "Paling tidak, karena sebagian rasa juga ikut, akibatnya setelah kembali, bisa ada bagian tubuh yang terasa sakit karena terbentur saat jatuh ke tanah," jelas bapak berusia 48 tahun ini.
Pembimbing saya ini adalah HM. Bambang Irawan S., seorang ahli dunia spiritual. Menurutnya, yang saya alami itu berbeda dengan "terawangan" atau melihat kejadian di tempat lain tanpa keluar dari tubuh. Dalam perjalanan gaib ini, sebagian dari jiwa, pikiran, dan emosi keluar dari badan kita.
Sumber : http://pengobatan.com/kisah_gaib/index_kisah_gaib.html
Belum ada komentar untuk "Pengalaman Perjalanan Gaib Keluar dari Raga Waktu Sama, Jiwa Di Dua Tempat "
Post a Comment